Minggu, 13 Maret 2011

Gempa Jepang Lebih Parah dari Perang Dunia II

Lebih 10.000 orang diperkirakan meninggal dunia.


VIVAnews – Korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami Jepang diperkirakan mencapai 10 ribu jiwa. Menurut Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, kejadian ini lebih parah daripada kondisi Jepang setelah perang dunia kedua.

Di daerah Rikusentakata, yang merupakan kota pelabuhan, ada sekitar 20 ribu orang hilang tersapu tsunami. Salah satu warga Rikusentakata, Etsuko Koyama, berhasil menyelamatkan diri di lantai tiga rumahnya. Tetapi ia kehilangan putrinya.

"Saya tidak akan menyerah untuk mencarinya. Saat itu saya memang menyelamatkan diri, tetapi anak saya tidak selamat," kata Koyama, seperti dikutip dari Associated Press, Minggu 13 Maret 2011.

Sementara itu menurut Juru Bicara Kepolisian, Go Sugawara, di daerah Jepang bagian selatan, tepatnya di Prefektur Miyagi, diperkirakan lebih dari 10 ribu orang meninggal dunia.

Sampai saat ini baru 379 warga Miyagi yang secara resmi dikonfirmasi meninggal dunia. Lalu pada hari Minggu ini, 200 mayat ditemukan di daerah pantai. 

Sedangkan di kota Minamisanrikucho, 10 ribu orang tidak terdengar kabarnya setelah tsunami terjadi. Jumlah tersebut mencapai dua pertiga populasi kota tersebut. 

Kondisi mengkhawatirkan juga dialami puluhan ribu warga Jepang yang selamat dari tsunami, sudah tiga hari mereka kekurangan air, listrik dan makanan. Itu karena setidaknya 1,4 juta rumah tidak dialiri air dan 1,9 juta tidak dialairi listrik.
Hal yang makin mengkhawatirkan adalah setelah gempa terjadi, kerusakan dialami dua reaktor nuklir Jepang. Reaktor tersebut sangat potensial akan membuat radiasi dan kontaminasi.

Suhu udara di sekitar Jepang juga menuju titik beku. Kondisi ini memperparah warga Jepang yang berada di pengungsian, dengan baju serta selimut yang terbatas. (umi)


• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More